Winter Fiction Party Package – in the Middle of Christmas Carol

Tittle  :  in the Middle of Christmas Carol

Author  :  catz

Genre  :  Fluff

Length  :  Ficlet

Rated  :  PG-13

Language  :  Indonesian

Casts  :

SNSD  –  Lim YoonA

JYJ  –  Park Yoochun

BSM  :  SNSD – Diamond (from SMTwon Winter Album 2011 – The Warmest Gift)

 

*

Note : i know i know. Xmas mungkin sudah lewat, ide ff ini (dan ke depannya) sudah ada sejak lama. Tapi berhubung bulan ini saya punya final test dan setelah saya final saya sakit, jadilah rangkaian ff ini harus saya undur. Telat gapapa kan? Ini rencananya adalah ff yang termasuk dalam rangkaian ff sebagai penutup tahun 2011 dan pembuka tahun 2012. Tidak panjang memang, hanya sebuah kumpulan drabble atau ficlet.

Winter Fiction Party Package   : Xmas, TVXQ! 8th Anniversary, and New Year.

Dan satu hal lagi, jangan rajam saya atas semua scene yang ada pada fiksi ini. Key?

**

 

‘Kenapa?’

Jessica memutar kepalanya menghadap Yoona.

‘Entahlah, aku merasa tidak tertarik dengan hal itu. Lagipula, aku datang atau tidak, tidak akan berarti apa-apa,’ ujarnya santai.

Alis Jessica berkerut. Gadis di sebelahnya tak berekspresi, hanya memandang lurus ke depan. ‘Kau yakin? Ini perayaan terakhir para freshman kan? Awal tahun depan mereka akan lulus..’

‘Aku tau..’

‘So?’

Yoona menggeleng pelan.

…..

Dec 24th

 

Suara-suara nyanyian pada malam kebaktian itu terdengar begitu nyaring. Jalanan kota tak seramai biasanya. Orang-orang sedang menikmati perayaan Christmas Eve.

Gadis itu berdiri di samping pintu masuk. Ia berdiri mematung di sana, tak tahu mengapa ia bisa berada di sana. Sebelumnya ia merencakan untuk tak menghadiri acara tahunan kampusnya itu, namun entah arwah apa yang merasukinya sejam yang lalu – yang kala itu masih terbaring malas di atas tempat tidur, menonton acara TV dan bergulat dengan camilan-camilannya.

Teman-teman kampus yang melihatnya melambaikan tangan dan menyapanya. Dan setelah beberapa menit, ia menarik nafas dan memutuskan untuk ikut masuk. Ia sudah berada di sana juga..

Tempat duduk telah hampir penuh. Dan dengan sedikit keengganan, ia duduk di barisan terakhir, tak berpikir untuk menghabiskan tenaganya dengan menyusuri aisle hanya untuk mencari tempat yang ramai oleh teman-temannya.

Ia duduk di tengah bangku kayu panjang itu, sedikit ke pinggir. Ia memberi salam dan tersenyum pada tamu-tamu di sebelahnya. Pintu utama katedral telah ditutup , dan acara pun segera dimulai.  Ia duduk di pojok, gelap dan tak terlihat. Namun ia tak mempermasalahkannya, bagaimana Jessica tak sanggup melihatnya, karena matanya cukup untuk menangkap satu per satu sosok penyanyi paduan suara itu.

Dalam hati ia terkagum. Alunan acapella mereka begitu sempurna, tanpa ada bantuan dari alat musik lain, pecahan suara mereka benar-benar memberi warna. Andai saja ia dapat bernyanyi – tidak, ia bisa bernyanyi, siapapun pasti bisa. Andai saja kemampuan bernyanyinya lebih baik.

Ia terlalu menikmati lagu bahkan ikut bernyanyi sekali-kali. Namun ia terinterupsi oleh sebuah suara-suara di sebelahnya. Suara apa yang menganggu di saat khusyuk seperti ini? Ia melirik ke sebelahnya dan melotot seketika saat menangkap sosok pria berpakaian kasual itu mengambil tempat tepat di sampingnya. Pria menggumamkan kata-kata tak jelas sambil mengelus-elus kedua telapak tangannya, mencari kehangatan.

‘Sunbae, bukankah kau harusnya berada di barisan depan?’ tanyanya.

Pria itu menoleh seketika.

‘Oh Yoong!’ serunya, membuat beberapa di dekat mereka melemparkan tatapan hey-diam-kalian-penggangu. Merka berdua meminta maaf secara halus.

Yoona ingin mengulang pertanyaan yang belum sempat terjawabnya, tapi melihat keadaan seniornya yang berantakan dan terlihat seperti habis lari marathon, ia mengurungkan niatnya.

The Carol keep moving on, no pause, continue leading the audience to the next step, nearing the climax.

Setengah jam berlalu dan Yoona tak bisa lagi berkonsentrasi pada acara. Ia menghabiskan setengah jamnya dengan mencuri pandang pada sosok di sampingnya, dan bermain bersama pikirannya.

Lim Yoona, seorang sophomore atau katakanlah minor di kampusnya. Dan seperti minor pada umumnya, di tahun pertamanya sebagai mahasiswa, ia menaruh kagum pada seniornya. Alasan klise, karena ia berwibawa, berbakat, dan memiliki banyak penggemar. Ia hanya mengaguminya dari jauh, memberinya kado ulang tahun dan surat-surat pemberi semangat dengan inisial annymous secara sembunyi-sembunyi, tanpa pernah bahkan berniat untuk menunjukkan dirinya.

Ia berpikir, yeah kalian tahu, bukan hanya Yoona penggemar yang ia miliki. Ada segudang Yoona lain berkeliaran di kampus itu. Cantik, tinggi. Banyak, percayalah. Bahkan ada dua gadis seperti itu yang duduk tepat di depan mereka. Jadi yaa, untuk apa mengatakannya? Tak berguna dan lagi pula ia sudah cukup senang dengan kenyataan bahwa seorang Park Yoochun mengetahui namanya, bahkan memanggilnya dengan panggilan akrabnya.

Yoona tersenyum mengingat hal itu. Ia melirik ke arah Yoochun yang sedang memejamkan matanya dan tangan kanannya memegang dadanya. Pria itu mungkin tidak setampan yang lain, tapi kalian tahu yang dinamakan perasaan. You guys don’t choose them, it’s them who choose theirs.

Gadis itu menggigit bibir bawahnya, dadanya berdetak cepat. Ia menghela nafas keras dan kembali melirik ke sebelahnya. Masih keadaan yang sama dengan Yoochun yang memejamkan matanya dan tangan kanannya memegang dadanya kirinya, namun kali ini lebih lebih erat. Yoona kembali mengalihkan pandangannya menghadap ke depan saat beberapa detik kemudian ia tersadar sesuatu. Ia dapat merasakan tubuh Yoochun yang mulai menunduk dan sedikit mendekat ke arahnya, membuat gadis itu sanggup mendengar nafas pria berat pria itu.

‘Sun..sunbae..?’ panggilnya lirih.

Dan di saat ia berbalik melihat Yoochun, pria itu telah bangkit dan berlari keluar.

Yoona hanya dapat melihat Yoochun yang menghilang dengan cepat di balik pintu samping. Ia bertanya-tanya, apa yang terjadi? Apakah.. ah! Pria itu menjatuhkan ponselnya. Ia memungutnya, dan mencoba untuk melupakan hal ini. Ia menatap lurus ke depan, berusaka untuk kembali menikmati acara. Namun dalam semenit, pikirannya kembali terbongkar. Ia melemparkan lirikan kilat pada orang-orang sebelum akhirnya memutuskan untuk keluar.

Dua hal. Pertama, pria itu meninggalkan ponselnya dan ini mungkin adalah kesempatan terakhir mereka bertemu semenjak Yoochun akan menghadapi inagurasinya secepatnya, membuatnya tak akan memiliki kesempatan untuk mengembalikan ponselnya di samping ponsel adalah hal yang berharga. Kedua, ia pergi dengan keadaan yang tidak baik.

Yoona menutup pintu samping katedral perlahan, meninggalkan acara yang mencapai klimaks.

 

Tak perlu waktu lama mengelilingi pelataran katedral karena Yoona bisa melihat bayangan di balik pohon beringin besar di selatan gerbang. Ia berjalan mendekat, semakin dekat pada siluet pria yang dipancarkan oleh cahaya lampu jalan. Ia berhenti beberapa meter, telapak tangan kanannya menggenggam ponsel pria itu, dan mata terpaku lurus ke depan.

Yoochun menyandarkan punggungnya ke pohon beringin besar, kepalanya tertunduk setelah berusaha mengatur nafasnya. Nafas beratnya terdengar, sekalipun tak separah sebelumnya. Ia meletakkan telapak tangan kirinya di dada sementara tangan kanannya ia jatuhkan ke bawah, masih memegang ventolin, dengan punggung tangan yang basah oleh butiran-butiran salju yang mencair.

Ia masih merasakan sesak nafas itu. Kecerobohannya yang lupa mengecek stock obatnya membuatnya harus berusaha merebut kembali kenormalan nafasnya.

Perlahan, Yoona menghampiri pria itu. ‘Sunbae, ponselmu terjatuh..’ katanya pelan.

Yoochun melirik tangan kanan Yoona yang menggenggam ponselnya. Ia bernafas dengan mulutnya namun maish sempat menarik ujung bibir kanannya, dengan tujuan membuat sebuah senyuman lega namun yang terbentuk adalah seringaian tipis. Ia mendongak, masih bernafas terengah-engah, mendapati Yoona berada tepat di hadapannya.

‘Hey..’ sapanya pelan.

‘Apa yang terjadi?’

Gadis itu penasaran, matanya menatap Yoochun yang masih tak stabil.

‘I need some helps..you see..’

Yoona mengangguk pelan.

‘Wanna help me to catch some air..?’

Dan Park Yoochun adalah Park Yoochun, di tengah penyakit asmanya yang sedang kambuh, ia masih bisa bercanda. Ia mengalihkan pandangannya, mencari ketenangan lain. Namun hal yang tidak dikiranya terjadi. Gadis itu mendekatkan dirinya, sebelah tangannya merebut inhaler kosong di tangan pria itu dengan pelan dan membuangnya ke belakang, bersamaan dengan gerakan mulusnya menangkap wajah pria itu.

Nyanyian terus mengalun, tanpa henti..tanpa interupsi. Dan sekalipun tak ada yang tahu dari mana keberanian itu muncul, pada akhirnya gadis itu memberikan bantuannya.

 

 

When it feels like impossible, there’ll be another faith.

Above the pain, there’s a sweet taste of kisses

Cause the love happens to be in middle of Christmas Carol

 

 

SEKIAN-

Oke, fic ini selesai. Saya tau pasti ff ini tidak sesuai dengan harapan kalian. Jujur, membuat ff ini lebih sulit dan lama dibandingkan menulis 2 ff berbahasa inggris sebelumnya, makanya hasilnya tidak semaksimal mungkin. Dan saya juga belum sempat mengeditnya, jadi mungkin akan ada banyak kesalahan penulisan bahasa, typo, diksi, dll. Maafkan saya!! Tapi saya tetap butuh komentar kalian. Komen : kritik dan saran saya terima.

Next, saya punya drabble (super drabble mungkin, akan sangat pendek dan singkat). Mungkin akan Jaejoong atau Changmin. Untuk Jaejoong *bosan, jeje lagi jeje lagi, kalian tau kan siapa pairingnya. Tapi Changmin, silakan ditebak-tebak saja. Saya pikir kalian tidak akan terpikirkan si ceweknya ini, tapi dia sangat amat lumayan terkenal lho di Korea ^^

Dan oh ya! Untuk ff ke depannya saya hanya men-tag bagi yang sudah komen. Peraturan biasa. Saya hanya ingin membuatnya lebih private di fb ini.

Lastly, Happy 8th anniversary !!! XDXD *cium YunJaeYooSuMin satu-satu <- dibakar

Comment Like Oxygen ~.~

 

Leave a comment